Jumat, 22 Maret 2013

Efek Olahraga Sehabis Makan Lemak

Anda masih sulit menghilangkan makanan tinggi lemak dalam diet Anda? Sebuah penelitian kecil di Jepang ini mungkin dapat memberikan solusi. Penelitian itu mengatakan bahwa olahraga setelah menyantap makanan yang tinggi lemak mungkin dapat mengurangi efek buruknya bagi tubuh Anda.

Studi menunjukkan bahwa berjalan kaki dan melakukan latihan ringan satu jam setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak dapat membantu mengurangi lonjakan trigliserida, jenis lemak dalam darah yang biasanya naik setelah mengonsumsi makanan jenis ini.

Terlebih lagi, berolahraga setelah makan berefek lebih baik dalam mengurangi peningkatan kadar trigliserida daripada berolahraga sebelum makan. Sebagai catatan, tingginya kadar trigliserida dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Namun, karena penelitian ini masih dilakukan dalam skala kecil, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah temuan ini berlaku untuk masyarakat umum. Pasalnya, masih ada penelitian lain yang tak sejalan dengan hasil studi ini.

Dalam studi ini, para peneliti mengukur kadar trigliserida pada 10 laki-laki dan perempuan setelah mereka menyantap makanan berlemak (sekitar 38 persen lemak). Selama dua hari, mereka diminta untuk melakukan olahraga, satu hari sebelum makan dan satu hari setelah makan. Pada hari ketiga mereka tidak berolahraga setelah makan.

Setiap hari, para peneliti melakukan pengukuran terhadap kadar trigliserida mereka. Ternyata olahraga setelah makan menunjukkan hasil yang paling baik dalam menurunkan kadarnya. Terjadi 25 persen pengurangan kadar trigliserida daripada tidak melakukan olahraga.

Para peneliti mengatakan, lonjakan kadar trigliserida yang paling tinggi adalah setelah makan sehingga olahraga setelah makan mungkin dapat menghambat lonjakan ini. Olahraga, dikatakan mereka, dapat mempercepat tingkat di mana tubuh menggunakan lemak sehingga menurunkan kadar trigliserida.

Kadar trigliserida umumnya akan turun beberapa waktu setelah makan. Namun, bahkan kenaikan sementara kadar trigliserida setelah makan makanan tinggi lemak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kata para peneliti.

"Mungkin ada alasan yang baik untuk berjalan-jalan setelah makan besar," kata William Kraus, seorang profesor kedokteran di Duke University School of Medicine, yang tidak terlibat dalam penelitian.

Studi dilakukan oleh para peneliti di Kyoto Prefectural University, yang diterbitkan dalam edisi Februari jurnal Medicine & Science in Sports & Exercise.

Makanan Picu Kerusakan Gigi

detail berita
MERAWAT gigi memang tak hanya dilakukan melalui perawatan rutin semata. Perlu ada pemeliharaan dari kebiasaan sehari-hari yang dilakukan, salah satunya memerhatikan makanan yang dikonsumsi.

Makanan tidaklah semuanya menyehatkan bagi gigi. Ada beberapa makanan yang bermanfaat bagi tubuh, namun sesungguhnya tak memiliki efek baik terhadap gigi. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya, seperti dilansir Healthlob.


Apel

Mungkin Anda tidak percaya bahwa apel merupakan makanan yang buruk untuk gigi. Tapi sesungguhnya, hal itu merupakan kebenaran. Para ilmuwan memperkirakan bahwa ada beberapa jenis apel yang mengandung empat sendok teh gula yang bisa meningkatkan keasaman mulut. Meski demikian, apel memiliki kalsium yang mampu menetralkan asam dan memperkuat jaringan tulang, termasuk gigi.
 

Menurut David Vartlett, Kepala Departemen Prostodonsia di King’s College, masalahnya bukan pada apa yang harus dimakan, tapi bagaimana kita memakannya. Ketika seseorang makan apel perlahan, kadar asam dalam apel tinggi sehingga berpotensi merusak gigi.

Hal ini telah disimpulkan penelitian terhadap 1.000 orang berusia 18-30 tahun. Para peneliti sangat tertarik pada hubungan antara apa yang dikonsumsi oleh responden dan masalah pada enamel dan dentin. Mereka menemukan bahwa responden yang menyukai apel memiliki risiko 3,7 kali lebih tinggi kerusakan gigi.



Minuman yang merusak gigi

Anggur, bir, dan jus buah juga makanan yang buruk bagi gigi. Bahkan, minuman tersebut memberikan risiko empat kali lebih tinggi kerusakan gigi bila dikonsumsi secara teratur. Namun, jus buah masih menjadi minuman sehat. Anda bisa menggunakan sedotan saat meminum jus buah dan pilihlah jus buah segara tanpa gula.


Cereal bar

Mengapa makanan ini buruk bagi gigi? Rupanya diketahui bahwa cereal bar mengandung gula dalam jumlah besar.


Permen karet

Ini memang masih kontroversi apakah permen karet masuk dalam kategori makanan buruk bagi gigi. Ada dokter gigi yang mengatakan bahwa permen karet baik untuk gigi, namun ada yang mengatakan berbahaya.
Menurut Dr Junket dari Boston University, beberapa permen memang bebas gula. Namun permen, terutama yang rasa buah mengandung kadar asam cukup tinggi. Asam inilah yang akan memengaruhi enamel gigi dan meningkatkan risiko kerusakan gigi.
Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa mengunyah permen karet setelah makan besar dan ngemil dapat mengurangi 40 persen risiko kerusakan gigi.

Cara Melatih Fungsi Otak

Otak disebut organ penting karena ia bekerja sebagai pusat komando tubuh. Tidak hanya urusan fisik, emosi pun diatur serta dikendalikan oleh otak. Melakukan aktivitas fisik sederhana hingga pemecahan masalah, semuanya membutuhkan kerja otak.
Bila selama ini Anda susah fokus, mudah terganggu konsentrasinya dalam menyelesaikan tugas, mungkin saja karena Anda mengalami penurunan kerja otak. Mudah lupa dan sulit mengingat nama orang juga bisa jadi pertanda kinerja otak yang menurun. Namun semua itu bisa dicegah dan diatasi dengan latihan memori.
Para ahli dari situs pelatihan otak, Lumosity, mengatakan penting untuk melatih otak Anda secara rutin. Keuntungan dari melatih otak Anda, bukan hanya menjaga kesehatan otak namun juga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kalau Anda masih bingung bagaimana cara melatih otak, begini cara mudahnya:
1. Makan yang benar
Mungkin selama ini Anda makan sehat dengan alasan menjaga kesehatan tubuh Anda. Nah, kenapa tidak menambahkan alasannya: makan untuk untuk kesehatan otak. Buah-buahan dan sayuran mengandung antioksidan yang membantu mencegah kerusakan sel otak, dan omega-3 adalah asam lemak penting untuk otak Anda. Ingat-ingat ini kalau ingin makan, agar nutrisi kesehatan otak terpenuhi.
2. Olahraga
Olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan otak Anda dengan menyeimbangkan zat kimia otak dan sirkulasi darah lebih efisien. Studi bahkan menunjukkan bahwa latihan fisik dapat merangsang produksi sel-sel otak baru.
3. Bergaul
Kurangi menghabiskan waktu berinteraksi dengan media sosial seperti Facebook. Mulailah melakukan interaksi sosial dalam bentuk fisik. Ajak sahabat bertemu dan kumpul-kumpul bersama, bikin janji makan siang, atau liburan akhir pekan bersama. Manusia adalah mahluk sosial, dan itu artinya otak kita sangat menyukai kontak sosial. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa memiliki kehidupan sosial yang aktif mencegah pikun atau kehilangan memori.
4. Tidur
Tidur memainkan peran penting dalam pembentukan memori. Otak Anda menggunakan tidur untuk memproses dan memahami aktivitas yang Anda lakukan sepanjang hari, mengonsolidasikan ingatan, dan menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.
5. Latihan memoriLatihan terbaik bagi otak Anda adalah permainan yang membutuhkan sebuah tantangan kecerdasan, seperti permainan memori yang merangsang bagian berbeda dari otak Anda. Main game atau mengisi teka-teki silang hanya merupakan beberapa contohnya. Dalam permainan tersebut terdapat  tingkat  kesulitan dalam pemecahan masalah. Jadi bila sebuah permainan memori yang Anda miliki sudah terasa terlalu mudah, saatnya meningkatkan levelnya. Sebuah permainan yang melatih otak bahkan dapat membantu meningkatkan kemauan dan motivasi diri yang berguna dalam segala aspek kehidupan Anda.

Gangguan Jiwa

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart & Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah  kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwadapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain.  Ada kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya (Hawari,2003).
Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis-jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini (Hawari,2001). Berdasarkan Laporan World Health Organization  (WHO) tahun 2007,
Prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa  ringan sampai sedang (depresi,dan gangguan kecemasan)yaitu 20%, dan gangguan jiwa berat(depresi berat, gangguan psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa  yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwakomunitas (Kaplan, 2002).
B.     TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Di dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya adalah:
1.      Mengetahui tentang pengertian gangguan jiwa.
2.      Mengetahui penyebab dari gangguan jiwa.
3.      Mengetahui penggolongan gangguan jiwa.
4.      Mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa.
5.      Mengetahui penanganan gangguan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir(cognitive), kemauan(volition), emosi(affective), tindakan(psychomotor). (Yosep, 2007)
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
B.     PENYEBAB GANGGUAN JIWA
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan factor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001).
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas :
1.      Sebab-sebab jasmaniah/ biologic
a.       Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan factor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b.      Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, Sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
c.       Temperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
d.      Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung,kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapatmenyebabkan rasa rendah diri.
2.      Sebab Psikologik
      Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
a.       Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b.      Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin, tak ada panutan,pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. Hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.
c.       Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi,menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak.
d.      Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja.
e.       Masa Dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa.
f.       Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
g.      Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan social ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat.
3.      Sebab Sosio Kultural
      Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan“warna”gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :
a.       Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter ,hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
b.      Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
c.       Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat.
d.      Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal.
e.       Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu.
f.       Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak.
C.    PENGGOLONGAN GANGGUAN JIWA
Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut para ahli berbeda-beda dalam pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-macam gangguan jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
1.      Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).
Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat”.
2.      Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
3.      Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan kecemasan panic.
4.      Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat.
5.      Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
6.      Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7.      Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social.
Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan dibedakan menjadi :
1.      Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
2.      Psikosa
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.
D.    TANDA DAN GEJALA GANGGUAN JIWA
Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah
sebagai berikut :
1.      Ketegangan (tension),
Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
2.      Gangguan kognisi pada persepsi
Merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
3.      Gangguan kemauan
Klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
4.      Gangguan emosi
Klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.     
5.      Gangguan psikomotor
Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2007)
E.     PENANGANAN GANGGUAN JIWA
1.      Terapi psikofarmaka
      Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).
2.      Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima,
2006).
3.      Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.      
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
a.       Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
b.      Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
c.       Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
d.      Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
e.       Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive.
Terapi Perilaku Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning operan, Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi atau rileks kondisi.
f.       Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.

Manfaat kursi makan Bayi

Bayi memasuki usia enam bulan, petanda tahapan baru dimulai yakni memperkenalkan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Bicara tentang MPASI tidak hanya tentang pengolahan MPASI yang tepat atau pemilihan makanan yang baik, tapi juga berbagai perlengkapan yang mesti disediakan agar bayi dapat menjalani tahapan ini dengan menyenangkan. Salah satunya adalah kursi makan.

Kursi makan bayi atau high chair memang relatif mahal, namun ada beberapa manfaat yang bisa orangtua dapatkan dengan menyediakannya, di antaranya:
1. Kursi makan menjadikan bayi aman.
Dengan duduk di kursi makan, bayi dapat bebas dan aman untuk mengasah keterampilan makannya. Ia dapat duduk dengan posisi baik dan tegak. Piring makan yang tersaji tepat di dadanya membuat bayi dapat belajar menyendok atau menjimpit makanannya sendiri. Bayi pun menjadi lebih leluasa dalam mengamati berbagai tekstur makanan yang ada.

2. Orangtua dapat mengajarkan tata cara makan dengan mudah.
Dengan bayi duduk di kursi makan, orangtua dapat mengajarkan tata cara makan kepada si kecil. Jika posisi tangan bayi saat memegang sendok salah, misal, Anda dapat mengoreksinya, atau sang buah hati juga dapat diajarkan cara mengunyah makanan yang benar. Ini memungkinkan karena saat duduk di kursi makan, posisi bayi akan saling berhadapan dengan Anda, sehingga ia dapat meniru atau mencontoh langsung apa yang Anda lakukan.

3. Memudahkan bersih-bersih usai makan.
Dengan menggunakan kursi makan, otomatis orangtua akan lebih mudah membersihkan sisa makanan yang ada di meja di kursi makan bayi. Selain juga lebih memudahkan orangtua membersihkan sisa makanan yang ada di pinggiran mulut bayi.

Asuhan Keperawatan Infertilitas

A. Definisi Infertilitas
Menurut ahli reproduksi endokrinologi, infertilitas adalah (en.wikipedia.org, health.com, inasoengkowo, 2009):
1. -Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
2. – Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
3. – Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Infertilitas sendiri ada dua macam, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Pasangan dengan infertilitas primer tidak bisa hamil sedangkan infertilitas sekunder adalah sulit untuk hamil setelah sudah pernah sekali hamil dan melahirkan secara normal sebelumnya (en.wikipedia.org).


B. Epidemiologi
Infertlitas merupakan permasalahan global di bidang reproduksi kesehatan yang sangat kompleks. Perlu penataan rasional dan terpadu. Data menunjukkan bahwa pasangan infertil di Britain setiap tahun ada 25%, Swedia 10% . Prevalensi di dunia yang mengalami masalah fertilitas setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Pasangan infertil di Indonesia tahun 2009 adalah 50 juta pasangan atau 15-20% (en.wikipedia.org, inasoengkowo, 2009).

C. Etiologi
Pada wanita (asuh.wikia.com; en.wikipedia.org)
1. Gangguan organ reproduksi:
a) -Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
b) -Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
c) -Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
d) -Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
2. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
3. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
4. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi ini sering menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan sel telur.
5. Abrasi genetis
Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer
6. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
7. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
8. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin melakukan hubungan seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan turun menjadi 75%.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
1) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi retrograde, hipospadia
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker
7) Abrasi genetik

D. Patofisiologi
Infertilitas akan timbul bila syarat-syarat kehamilan tidak dapat terpenuhi. Syarat-syarat kehamilan normal menurut Abdullah (2004), adalah:
1) -Testis menghasilkan sperma
2) -Ovarium menghasilkan ovum
3) -Tuba fallopii patent
4) -Endometrium/uterus mampu menunjang/mempertahankan kehamilan
5) -Lendir serviks normal

E. Tanda dan Gejala
Infertilitas ditunjukkan dengan kehamilan yang tidak kunjung tiba. Secara lebih lanjut akan muncul stress berkepanjangan pada pasutri. Apabila pasutri sudah mempunyai anak maka akan dijadikan tumpuan emosional (www.nlm.nih.gov).
F. Komplikasi
OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatam yang dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya (www.nhs.uk):
1) mual
2) muntah
3) nyeri abdomen
4) konstipasi
5) diare
6) urine keruh
7) thrombosis
8) disfungsi ginjal dan hati
9) sulit bernapas

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
a) Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
a) Pembesaran kel. Tiroid
b) Galaktorea
c) Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mukus
d) PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
2. Pemeriksaan penunjang
a) Analisis Sperma :
1) Jumlah > 20 juta/ml
2) Morfologi > 40 %
3) Motilitas > 60 %
b) Deteksi ovulasi :
1) Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
2) Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 – 1oC setelah ovulasi : Bifasik
3) Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
4) Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar
5) Hormonal: FSH, LH, E2, PROGESTERON, PROLAKTIN
FSH serum : 10 – 60 mIU/ml
LH serum : 15 – 60 mIU/ml
Estradiol : 200 – 600 pg/ml
Progesteron : 5 – 20 mg/ml
Prolaktin : 2 – 20 mg/ml
c. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 – 24 m
d. Histerosalpinografi
1) Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
2) Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
3) Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan ovulasi
4) Keterbatasan : tidak bisa menilai
5) Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
6) Fimbria : Fimosis fimbria
7) Perlengketan genitalia Int.
8) Endometriosis
9) Kista ovarium
10) Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
5. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
6. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 – 10 jam paska sanggama
Waktu sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
7. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
a) Peritoneum/endometriosis
b) Perlengketan genitalia Interna
c) Tuba : patensi, dinding, fimbria
d) Uterus : mioma
e) Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif

H. Penatalaksanaan Medis
a. Medikasi
1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
a) Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
b) Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
c) 1 x 50 mg selama 5 hari
d) Ovulasi 5 – 10 hari setelah obat terakhir
e) Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
f) Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 – 200 mg/hari
g) 3 – 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 – 10.000 IU
2. Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 – 14 siklus haid, 5 – 10 mg/hari
3.Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 – 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
4. hCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 – 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
5. Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
6. Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 – 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
7. Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
8. Medroksi progesteron asetat 30 – 50 mg/hari
9. GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
b. TINDAKAN OPERASI REKONSTRUKSI
Koreksi :
1) Kelainan Uterus
2) Kelainan Tuba : tuba plasti
3) Miomektomi
4) Kistektomi
5) Salpingolisis
6) Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas
7) Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel
c. REKAYASA TEKNOLOGI REPRODUKSI
Metode lain tidak berhasil
1.Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana
Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi
Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
a) Serviks
b) Gangguan ovulasi
c) Endometriosis ringan
d) Infertilitas Idiopatik
e) Angka kehamilan 7 – 24 % siklus
2. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 – 35 %
3. INJEKSI SPERMA INTRA SITOPLASMIK (ICSI)
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu dekade ini (Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al, 2001).
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Wanita
1) Deteksi Ovulasi
2) Analisa hormon
3) Sitologi vagina
4) Uji pasca senggama
5) Biopsy endometrium terjadwal
6) Histerosalpinografi
7) Laparoskopi
8) Pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
Analisa Semen:
Parameter
1) Warna Putih keruh
2) Bau Bunga akasia
3) PH 7,2 – 7,8
4) Volume 2 – 5 ml
5) Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6) Jumlah sperma 20 juta / ml
7) Sperma motil > 50%
8) Bentuk normal > 60%
9) Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10) persentase gerak sperma motil > 60%
11) Aglutinasi Tidak ada
12) Sel – sel Sedikit,tidak ada
13) Uji fruktosa 150-650 mg/dl
14) Pemeriksaan endokrin
15) USG
16) Biopsi testis
17) Uji penetrasi sperma
18) Uji hemizona
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Stuart, 2007)
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat
Diagnosa Keperawatan:
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil Menunjukan kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian
Diagnosa Keperawatan:
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : Memfasilitasi proses berduka
Kriteria Hasil:
1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar – menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan
Diagnosa Keperawatan:
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran (PQRST) Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu
Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik
Diagnosa Keperawatan:
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan : mengembalikan kemandirian pasien
Kriteria Hasil:
1.Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
2.Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
3.Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri
Sadari perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten
Dx 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga
Kriteria Hasil:
1.Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
2.Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
3.Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
4. Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Kembangkan mekanisme adaptif mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stresor
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realisti untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya