A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stroke adalah infark regional
kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak yang
terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga
jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta orang
amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari
defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat
stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor
pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%. Sekitar sepertiga dari
semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke ulangan pada
tahun pertama.
Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama
stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada
pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak. Faktor-faktor resiko
stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok..
Berat otak manusia
sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron.
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak
menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total
tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua
pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Darah vena
dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan
darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis,
dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter
100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh
darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya
aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang
lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo perforate
arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris
mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang
“abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat
menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore
hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke.
Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus dan pons. Dengan demikian pada penderita
stroke diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna.
Melihat
fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang
menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke.
Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti
lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan
lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena
itu penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari
tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur
diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada pasien
stroke.
Tujuan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
b. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke.
B. TINJAUAN TEORI
Definisi
Secara
umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan
sirkulasi serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat
timbul sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah
serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau
penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma,
aneurisme dan kelainan perkembangan.
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
- fokal dan atau global
- akut
- berlangsung antara 24 jam atau lebih
- disebabkan gangguan aliran darah otak
- tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke
dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan
penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas/ TIA ( Trans
Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
2.
Progresif/ inevolution (stroke yang sedang berkembang) stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis
maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana
deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian
membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke
haemorhagic: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2.
Stroke non haemorhagic: dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder .
Kesadaran umummnya baik.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema
dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua
yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c.
Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagic
Perdarahan
intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokan sebagai berikut ::
a. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.
b. Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.
c. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.
d.
Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma pada
arteri dan penurunan faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan dengan
anti koagulan).
e. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi
kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit jantung angina,
TIA., suplai darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di Oxford,Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%
b. Iskemik Heart Attack 30%
c. TIA 24%
d. Penyakit arteri lain 23%
e. Heart Beat tidak teratur 14%
f. DM 9%
Kemudian
ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam
meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian
tersebut diantaranya, adalah:
a. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya itu.
b.
Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko
terjadinya stroke. Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang
menyatakan hal tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang
latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan MCI.
c. Seks dan seksual
intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan
stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.
d.
Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar,
namun tidak ada bukti secara medis yang menyatakan hal ini.
e. Riwayat keluarga.
Tanda dan Gejala
Stroke
menyebabkan defisit nuurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa
karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
Faktor resiko
Yang tidak dapat dikendalikan: Umur, faktor familial dan ras
Yang
dapat dikendalikan: hipertensi, penyakit kardiovaskuler (penyakit
arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif), kolesterol tinggi,
obesitas, kadar hematokrit tinggi, diabetes, kontrasepsi oral, merokok,
penyalahgunaan obat, konsumsi alcohol.
Patofisiologi
1.
Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang
paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi
selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang adalah penyebab
umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit
kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing,
perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara
umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan
bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis
terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh
darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak
berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria
sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi
juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh –
pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang
adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian
atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat
terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga
permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi.
Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat
tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat
dengan sempurna.
2. Embolisme : embolisme sereberi termasuk urutan
kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli
sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang
dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun
lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa
sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat
bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang
embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
3.
Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari
semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan
merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan
intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang terletakdi dekatnya akan tergeser dan tertekan.
Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar
ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula
lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang
dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat
membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim akan
terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah
beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan
kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga
tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan
pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi.
Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur.
Sering terdapat lebih dari satu aneurisme.
PATHWAY
Makanan
Merokok
Hipertensi Lanjut Usia
Kolesterol dan lemak meningkat di pembuluh darah Penumpukan
nikotin di pembuluh darah Tahanan perifer meningkat Elastisitas pembuluh darah menurun
Arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah)
Aliran darah ke otak tersumbat
Aliran darah terganggu Hipertensi/hipotensi
Pembuluh darah tersumbat
Hemisfer kiri Shock (kolaps sirkulasi vaskuler) Oklusi pembuluh darah
Penurunan fungsi motorik Kenaikan TIK Pecah/bekuan darah
Gangguan pergerakan tubuh PTIK
Perfusi jaringan turun
Gangguan mobilitas fisik Gangguan perfusi jaringan
Lobus parietalis Lobus temporalis Lobus frontalis
Sulit menyusun kata Rangsangan bicara terganggu Hambatan gerak/lumpuh
Gangguan Komunikasi verbal
Kerusakan integritas kulit Defisit perawatan diri
Diagnosis
Pada
diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah
esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan
kepala dan MRI merupakan sarana diagnostik yang berharga untuk
menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat membantu
dalam menentukan lokasi.
Penatalaksanaan
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan pengobatan maksimal)
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus amerika : 6 jam
2. Konsensus eropa: 1,5 jam
3. Konsensus asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
1. Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga jaringan penubra tidak menjadi iskhemik.
2. Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut:
1. Menstabilkan tanda – tanda vital
a.
memepertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam ,
O2, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila batang otak terkena)
b.
kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing individu
; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi.
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3.
Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal;
cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4
sampai 6 jam.
4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
a. penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif setiap 2 jam
b.
dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh
sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan
pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama pada bahu,
siku dan mata kaki)
Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada
therapeutic window dengan obat anti agregasi dan neuroprotektan. Obat
anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.
1. Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
Meningkatkan deformalitas eritrosit
Memperbaiki sirkulasi intraselebral
2. Neuroprotektan
- Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: neotropil
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen
- Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel, ex.nimotup
Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak
- Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal bebas dan biosintesa lesitin
- Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan
Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO),
tetapi belum terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif
untuk pembuluh di tempat lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan
tidak ada efek sama sekali pada pembuluh darah serebral, terutama bila
diberikan secara oral (asam nikotinat, tolazolin, papaverin dan
sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan berikut ini
masih berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin
intraarteri.
Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan
untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang menjalani
tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti
hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol
ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
1.
Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan
dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap
stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh, dan posisi kepala.
3. kekakuan atau flaksiditas leher.
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan posisi okular.
5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh dan tekanan arteri.
7. kemampuan untuk bicara
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam.
9. Riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makanan dan umur.
Dari pengkajian secara umum tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengkajian Primer
1). Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
2). Breathing.
Kelemahan
menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
3). Circulation.
TD
dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b. Pengkajian Sekunder
1). Aktivitas dan istirahat.
Data Subyektif:
kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
2). Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
3). Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.
Kesulitan berekspresi diri.
4). Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus paralitik)
5). Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang.
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
Data obyektif:
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
Obesitas (faktor resiko).
6). Sensori Neural
Data Subyektif:
Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati.
Penglihatan berkurang.
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Data obyektif:
Status
mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah
laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam (kontralateral).
Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
Afasia
(kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
7). Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
8). Respirasi
Data Subyektif:
Perokok (factor resiko).
9). Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri.
10). Interaksi social
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi. (Doenges E, Marilynn,2000).
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak, oedem otak
3. Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
6. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot Ambulasi/ROM normal dipertahankan
KH:
o Sendi tidak kaku
o Tidak terjadi atropi otot 1. Terapi latihan
Mobilitas sendi
o Jelaskan pada klien&kelg tujuan latihan pergerakan sendi.
o Monitor lokasi&ketidaknyamanan selama latihan
o Gunakan pakaian yang longgar
o Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan
o Encourage ROM aktif
o Ajarkan ROM aktif/pasif pada klien/kelg.
o Ubah posisi klien tiap 2 jam.
o Kaji perkembangan/kemajuan latihan
2. Self care Assistance
o Monitor kemandirian klien
o bantu perawatan diri klien dalam hal: makan,mandi, toileting.
o
Ajarkan keluarga dalam pemenuhan perawatan diri klien. Pergerakan
aktif/pasif bertujuan untuk mempertahankan fleksibilitas sendi
Ketidakmampuan
fisik dan psikologis klien dapat menurunkan perawatan diri sehari-hari
dan dapat terpenuhi dengan bantuan agar kebersihan diri klien dapat
terjaga
2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d perdarahan
otak, oedem o NOC: perfusi jaringan cerebral. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam perfusi jaringan adekuat dengan
indikator :
o Perfusi jaringan yang adekuat didasarkan pada tekanan
nadi perifer, kehangatan kulit, urine output yang adekuat dan tidak ada
gangguan pada respirasi Perawatan sirkulasi
Peningkatan perfusi jaringan otak
Aktifitas :
1. Monitor status neurologik
2. monitor status respitasi
3. monitor bunyi jantung
4. letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi netral
5. kelola obat sesuai order
6.
berikan Oksigen sesuai indikasi 1. mengetahui kecenderungan tk
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi. Luas dan
kemajuan kerusakan SSP
2. Ketidakteraturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan/peningkatan TIK
3. Bradikardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak.
4. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase & meningkatkan sirkulasi
5. Pencegahan/pengobatan penurunan TIK
6. Menurunkan hipoksia
3. Resiko infeksi b.d penurunan pertahan primer Pasien tidak mengalami infeksi
KH:
o Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
o
Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi 1.
Mengobservasi&melaporkan tanda&gejal infeksi, spt kemerahan,
hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
2. mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature lebih dari 380C
3. Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu
4. Catat7laporkan nilai laboratorium
5. kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan
6.
Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk
pembentukan system imun 1. Onset infeksi dengan system imun
diaktivasi&tanda infeksi muncul
2. Klien dengan netropeni tidak
memproduksi cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya
tanda&sering merupakan satu-satunya tanda
3. Nilai suhu memiliki konsekuensi yang penting terhadap pengobatan yang tepat
4. Nilai lab berkorelasi dgn riwayat klien&pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh
5. Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang utuh merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme
6. Fungsi imun dipengaruhi oleh intake protein
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
KH:
-Klien terbebas dari bau, dapat makan sendiri, dan berpakaian sendiri
1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan.
2. Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan kepala dan bahu tegak selama makan dan 1 jam setelah makan
3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian
4.
Dorong klien untuk tetap makan sedikit tapi sering 1. Dengan
menggunakan intervensi langsung dapat menentukan intervensi yang tepat
untuk klien
2. Posisi duduk membantu proses menelan dan mencegah aspirasi
3. Konservasi energi meningkatkan toleransi aktivitas dan peningkatan kemampuan perawatan diri
4. Untuk meningkatkan nafsu makan
5. Resiko kerusakan intagritas kulit b.d faktor mekanik NOC: mempertahankan integritas kulit
Setelah dilakukan perawatan 5 x 24 jam integritas kulit tetap adekuat dengan indikator :
Tidak terjadi kerusakan kulit ditandai dengan tidak adanya kemerahan, luka dekubitus NIC: Berikan manajemen tekanan
1. Lakukan penggantian alat tenun setiap hari dan tempatkan kasur yang sesuai
2. Monitor kulit adanya area kemerahan/pecah2
3. monitor area yang tertekan
4. berikan masage pada punggung/daerah yang tertekan serta berikan pelembab pad area yang pecah2
5. monitor status nutrisi 1. Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi resiko gatal2.
2. Menandakan gejala awal lajutan kerusakan integritas kulit
3. Area yang tertekan biasanya sirkulasinya kurang optimal shg menjadi pencetus lecet
4. Memperlancar sirkulasi
5. Status nutrisi baik dapat membantu mencegah keruakan integritas kulit.
6 Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan Pengetahuan klien meningkat
KH:
-Klien
& keluarga memahami tentang penyakit Stroke, perawatan dan
pengobatan 1. Mengkaji kesiapan&kemampuan klien untuk belajar
2. Mengkaji pengetahuan&ketrampilan klien sebelumnya tentang penyakit&pengaruhnya terhadap keinginan belajar
3. Berikan materi yang paling penting pada klien
4.
Mengidentifikasi sumber dukungan utama&perhatikan kemampuan klien
untuk belajar & mendukung perubahan perilaku yang diperlukan
5. Mengkaji keinginan keluarga untuk mendukung perubahan perilaku klien
6.
Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat demonstrasi&menyebautkan
kembali materi yang diajarkan Proses belajar tergantung pada situasi
tertentu, interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
Informasi baru diserap meallui asumsi dan fakta sebelumnya dan bias mempengaruhi proses transformasi
Informasi akan lebih mengena apabila dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar