Sabtu, 12 Januari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM


A.    PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B.    ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas
C.    PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
D.    MANIFESTASI KLINIK
1.     Kejang parsial (fokal, lokal)
a.      Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
  Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
  Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
  Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
  Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.      Kejang parsial kompleks
  Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
  Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
  Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2.     Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a.      Kejang absens
  Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
  Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
  Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b.      Kejang mioklonik
  Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
  Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
  Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
  Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c.      Kejang tonik klonik
  Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
  Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
  Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
  Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d.     Kejang atonik
  Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
  Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
E.     KOMPLIKASI
1.     Aspirasi
2.     Asfiksia
3.     Retardasi mental
F.     UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.     Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.     Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.     Magnetic Resonance Imaging (MRI) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
4.     Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak
5.     Uji laboratorium
§  Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
§  Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
§  Panel elektrolit
§  Skrining toksik dari serum dan urin
§  AGD
§  Kadar kalsium darah
§  Kadar natrium darah
§  Kadar magnesium darah
G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.     Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2.     Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang
§  Semua pakaian ketat dibuka
§  Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
§  Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
§  Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
3.     Pengobatan rumat
§  Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan  sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4 tahun.
§  Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Y  Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Y  Kejang demam yang mempunyai ciri :
-         Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
-         Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
-         Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
-         Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4.     Mencari dan mengobati penyebab
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A.    Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1.     Tanda – tanda vital
 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi
2.     Hasil pemeriksaan kepala
 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : di bawah 2 tahun
 Bentuk Umum
3.     Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon
4.     Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5.     Afek
 Alam perasaan
 Labilitas
6.     Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya
7.     Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
8.     Refleks
 Refleks tendo superfisial
 Reflek patologi
9.     Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca
B.    Diagnosa keperawatan
1.     Resiko tinggi cidera
2.     Gangguan citra tubuh
3.     Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu tidak efektif
C.    Intervensi keperawatan
1.     Kejang
 Lindungi anak dari cidera
 Jangan mencoba untuk merestrain anak
 Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh, turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
 Jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut anak
 Longgarkan pakaiannya jika ketat
 Cegah anak agar tidak terpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua benda tajam dari daerah tersebut
 Miringkan badan anak untuk memfasilitasi bersihan jalan nafas dari sekret
2.     Lakukan observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu diagnosis atau pengkajian respon pengobatan
 Waktu awitan dan kejadian pemicu
 Aura
 Jenis kejang
 Lamanya kejang
 Intervensi selama kejang
 Tanda tanda vital
DAFTAR PUSTAKA
1.      Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
2.      Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3.      Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4.      Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru
5.      ………, ( 2003 ). Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar