Sabtu, 12 Januari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN BRONHITIS AKUT

laporan pendahuluan dan askep bronkhitis

LAPORAN PENDAHULUAN
BRONHITIS AKUT
A.    DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyak dan beberapa perubahan pada saluran pernafsan. Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,bronkitis bisa bersifat
serius.
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis.

B.      ETIOLOGI
Bronkitis akut :  virus yang sama yang menyebabkan flu dapat menyebabkan bronkitis akut,tetapi bisa juga mengidap non-infeksi bronkitis yang disebabkan asap rokok dan polutan lain,penyakit GERD juga dapat menyebabkan bronchitis.Bronchitis akut biasanya disebabkan juga oleh jangkitan virus atau bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chamydia) dan masa jangkitan berakhir dalam masa 3 hari hingga 3 minggu.
C.    PATOFISIOLOGI
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernafasan - Sel mukosa dan sel  silia - Berlanjut - Masuk saluran pernafasan(lanjutan) – Menginfeksi saluran pernafasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir – pilek 3-4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) – Riak jernih – Pulurent – Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronci basah atau suara nafas kasar – Nyeri subsernal – Sesak nafas – Jika tidak hilang selama 3 minggu – Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama)
D.    ANATOMI FISIOLOGI
1.      Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
2.      Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3.      Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Saluran pernafasan bagian bawah.
1.      Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
2.      Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
3.      Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
4.      Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

E.     GEJALA KLINIK
            Bentuk yang lendir berwarna kuning-kehijauan adalah salah satu tanda bronkitis. Bila
            saluran udara utama di paru-paru meradang memproduksi lendir berwarna dalam
            jumlah yang banyak. Tanda-tanda lain :
-merasa panas di dada, rarodang tenggorokan.
-sesak

F.     KOMPLIKASI
a. Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung  kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
    kurang dapat terjadi othitis media, sinusitis dan pneumonia.
c. Bronkitis kronik menyebabkan mudah tersrang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabakan atelektasis atau bronkietaksis.
e.Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hipoksik paru.
f. Kanker paru akibat metaplasia dan displasia.


G.    PENGKJIAN
a)      Pemneriksaan fisik
1)      Kepala
Bentuk                              :  oval
Keadaan                            :  tidak terdapat benjolan
Keluhan                             :  Tidak ada keluhan
Kelainan                            :  tidak ada benjolan
2)      Rambut dan kulit kepala
Warna                          :  Hitam
Kerontokan                 :  Tidak terjadi kerontokan.
Penyebaran                  :  Merata
Kebersihan                  :  Bersih, tidak tampak adanya kotoran

3)      Mata
Kesimetrisan                     :  mata kanan dan kiri tampak simetris
Sklera                                :  putih kemerahan
Konjungtiva                      :  pucat
Pergerakan bola mata        :  dapat digerakan ke segala arah
Reaksi pupil                      : terjadi miosis ketika terkena cahaya
Fungsi penglihatan            :  baik, terbukti klien dapat membaca
Kebersihan                        :  bersih,tidak tampak ada kotoran
4)      Telinga
Tekstur                              :  halus
Kebersihan                        :  tidak tampak adanya serumen
Kesimetrisan                     :  telinga kanan dan kiri simetris
Fungsi pendengaran:           baik,dapat menjawab
5)      Hidung
bentuk                               :  kedua lubang hidung tampak simetris
Tekstur                              :  halus
Kebersihan                        :  bersih, tidak tampak ada kotoran
Fungsi penciuman             :  baik, klien dapat membedakan wangi
   parfum dan  kayu putih
6)      Mulut
·         Bibir
Warna                          :  merah muda
Kelembaban                :  lembab
kebersihan                   :  tidak tampak adanya bekas makanan
stomatitis                     :  tidak ada
7)      Gigi
Jumlah                         :  32 buah
Caries                                         :  tidak ada
8)      Lidah
Warna                          :  merah muda (tidak ada kelainan)
Pergerakan                  :  dapat digerakan ke segala arah
Kebersihan                  :  tidak tampak ada kotoran
Fungsi pengecapan      :  dapat membedakan rasa manis permen dan pahit obat
9)      Leher
JVP                                   :  tidak ada peninggian JVP
KGB                                 :  tidak tampak ada pembesaran KGB
Kelenjar thyroid                :  tidak tampak ada pembesaran
Refleks menelan                :  klien dapat menelan dengan baik
10)  Thorax dan Dada
Kesimetrisan                     :  simetris antara dada kanan dan kiri
Bunyi jantung                   :  reguler
Bunyi paru                                    :  teratur, vesikuler
Keluhan                             :  tidak ada keluhan
Kebersihan                        :  bersih, tidak tampak adanya kotoran

11)  Abdomen
Bentuk                              :  datar
Warna                                :  sawo matang
Keadaan                            :  normal, tidak tampak adanya lesi dan
   benjolan
                  Kebersihan                                       :  tidak tampak adanya kotoran
Bising Usus                                   :  ± 12x /menit
12)  Genetalia
Menurut penuturan klien, tidak ada kelainan dan keluhan apapun
13)  Ekstremitas
·         Ekstrimitas atas
- tangan kanan :  terpasang infus sehingga pergerakan terbatas
- tangan kiri     :  dapat digerakan ke segala arah
·         Ekstrimitas bawah
- kaki kanan     :  pergerakannya sangat terbatas karena mengalami
   fraktur dan dibalut dengan perban dan sedikit
   oedema.
- kaki kiri         :  dapat digerakan dengan leluasa

1.      Pemeriksaan diagnostik
    a. Foto Thorax
  Foto thorak pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa  bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apekspar daan corakan paru yang bertambah.
    b. Laboratorium : leukosit > 17.500.
    c. X-ray
    d. Kultur dahak/lendir
    e. Pulmonary fuction (PFT)
    f. AGD (anlisa gas darah)
    g. Polisitemia
    h. EKG
H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
I.       PERENCANAAN KEPERAWATAN
·         Diagnosa 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
·         Diagnosa 2: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Rencana Tindakan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Awasi GDA
Rasional : PaCO­2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
·         Diagnosa 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
·         Diagnosa 4:Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiRencana Tindakan:
Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
J.      EVALUASI
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)


Sumber:
1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.
2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi








Tidak ada komentar:

Posting Komentar